Pemboikotan
dan Propaganda sebagai Upaya Penghambat Dakwah Rasulullah saw.
Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya aku telah mendapat
berbagai teror dan ancaman karena membela agama Allah. Dan tidak ada seorang pun yang mendapat
teror seperti itu. aku telah mendapat berbagai macam gangguan karena menegakkan
agama Allah. Dan tidak seorang pun yang mendapat gangguan seperti itu.
Sehingga pernah kualami selama 30 hari 30 malam, aku dan Bilal tidak mempunyai
sepotong makanan pun yang layak untuk dimakan manusia kecuali sedikit makanan
yang hanya dapat dipergunakan untuk menutupi ketiak Bilal." (HR.
At-Tirmidzi dan Ahmad)
Sepenggal Sirah: Propaganda
Ketika berdakwah
kepada penduduk Mekah, banyak sekali hambatan yang dialami oleh Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Umumnya, kaum kafir Quraisy tidak suka dengan kehadiran
agama Islam. Bahkan, paman beliau, Abu Lahab, adalah tokoh yang mulai menghasut
masyarakat Arab Quraisy untuk membenci agama Islam dan Nabi Muhammad.
Abu Lahab juga menghasut paman Nabi, Abu Thalib, untuk melarangnya
mensyiarkan agama Islam. Abu Thalib juga diancam bila tidak memenuhi keinginan
masyarakat Quraisy. Kemudian Abu Thalib pun membujuk Nabi Muhammad untuk
menghentikan kegiatan berdakwah. Namun Nabi Muhammad menolaknya seraya
mengatakan: “Wahai pamanku! Demi Allah, sekiranya matahari
diletakkan di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku berhenti
berdakwah, pasti aku tidak akan mau berhenti sehingga Allah memberikan aku
kemenangan atau binasa dalam perjuangan.“
Semakin hari, Abu Thalib makin diancam oleh para pemuka
Quraisy, terutama Abu Jahal dan Abu Sufyan. Melihat perkembangan agama Islam
semakin hari semakin besar, merkea berkata kepada Abu Thalib: “Hai Abu
Thalib! Kamu sudah tua, kamu harus mampu menjaga dirimu. Jangan membela
Muhammad untuk terus menerus berdakwah. Kalau hal itu dilakukan terus, maka
keluarga kita akan pecah dan binasa.“
Lalu pada suatu hari, datang pula pemimpin Quraisy yang lain
kepada Abu Thalib dengan membawa seorang pemuda tampan bernama Amrah bin
Al-Walid, dan berkata: “Hai Abu Thalib! Saya menukar Muhammad dengan
orang ini, peliharalah orang ini dan serahkan Muhammad kepadaku untuk aku bunuh.”
Abu Thalib kemudian berkata: “Hai orang kasar, silakan berbuat
sesukamu aku tidak akan takut“. Kemudian Abu Thalib meminta kepada keluarga Bani Hasyim dan
Bani Muthallib untuk menjaga dan melindungi Nabi Muhammad dari ancaman dan
penganiayaan Quraisy.
Begitulah ancaman yang dilakukan kaum Quraisy kepada keluarga Nabi
Muhammad. Namun beliau tidak pernah putus asa dan selalu berusaha mengajak
orang-orang untuk mau memeluk agama Islam.
Setelah kaum Quraisy gagal melakukan tekanan kepada Nabi Muhammad
dan Abu Thalib, mereka mulai melakukan strategi yang lain untuk menghentikan
dakwah Nabi. Mereka menggunakan cara yang lebih halus yaitu menawarkan harta
benda, wanita, dan pangkat agar beliau mau meninggalkan dakwahnya. Kaum Quraisy
mengutus Utbah bin Rabiah untuk menawarkan hal-hal tersebut. Utbah mengatakan:
“Hai
Muhammad! Jika kau menginginkan kekayaan, saya sanggup menyediakannya untukmu,
jika kau menginginkan pangkat yang tinggi, saya sanggup mengangkatmu menjadi
raja, dan jika kau menginginkan seorang wanita cantik, saya sanggup
mencarikannya dengan syarat kau berhenti melanjutkan dakwahmu.”
Nabi Muhammad menjawab tawaran itu dengan sebuah ayat Al-Qur’an
surat Fushilat ayat 37:
“Dan di antara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah
sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika
Ialah yang kamu hendak sembah.”
Mendengar lantunan ayat Al-Qur’an tersebut, Utbah tertunduk dan
hatinya membenarkan ajaran Nabi Muhammad. Lalu dia kembali ke kaumnya dan
menceritakan yang dialaminya. Dia menganjurkan kepada kaumnya untuk menerima
ajakan Nabi Muhammad daripada memusuhinya.
Selain
melakukan tekanan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, kaum kafir Quraisy juga
melakukan siksaan kepada orang-orang yang telah memeluk agama Islam. Mereka
yang pernah disiksa oleh kaum kafir adalah, Bilal bin Rabah, Yasir, Amr bin
Yasir, Sumaiyah (isteri Yasir), Khabbab bin Aris, Ummu Ubais, Zinnirah, Abu
Fukaihah, Al-Nadyah, Amr bin Furairah, dan Hamamah. Mereka menerima siksaan di
luar perikemanusiaan. Bilal dijemur di bawah terik matahari dan di atasnya
diberi batu besar. Sumaiyyah, isteri Yasir ditusuk dengan lembing sampai
terpanggang. Sumaiyyah merupakan orang yang pertama kali mati syahid dalam
Islam dan Yasir adalah orang yang kedua. Mereka mati syahid karena siksaan kaum
Quraisy. Siksaan-siksaan tersebut tidak hanya dialami oleh para budak dan
fakir miskin. Abu Bakar dan Zubair bin Awwam juga menerima siksaan tersebut.
Akhirnya, Nabi Muhammad memerintahkan kaum muslim untuk hijrah ke negeri
Habsyi.
Upaya Pemboikotan
Kegagalan masyarakat kafir Quraisy
dalam membujuk Nabi Muhammad saw. untuk meninggalkan dakwahnya justru
memperkuat posisi umat Islam di kota Mekkah. Menguatnya posisi umat Islam,
memperkeras reaksi kaum kafir Quraisy. Mereka mencoba menempuh cara-cara baru,
yaitu melumpuhkan kekuatan Nabi Muhammad saw. yang bersandar pada perlindungan
keluarga Bani Hasyim.
Dengan demikian, untuk melumpuhkan
kaum muslimin yang dipimpin Nabi Muhammad saw. mereka harus melumpuhkan Bani
Hasyim terlebih dahulu secara keseluruhan. Caranya adalah memboikot mereka
dengan memutuskan segala bentuk hubungan dengan Bani Hasyim. Tidak seorang
penduduk Mekkah pun yang diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani
Hasyim. Persetujuan itu dibuat dalam bentuk piagam dan ditandatangani bersama
serta disimpan di dalam Kabah. Dengan pemboikotan ini, seluruh umat Islam
terkepung di lembah pegunungan dan terputus dari berbagai komunikasi dengan
dunia luar. Pemboikotan ini berlangsung selama lebih kurang 3 tahun yang
dimulai pada bulan Muharram tahun ke-7 kenabian dan bertepatan dengan tahun 616
M.
Isi piagam pemboikotan itu antara lain
adalah:
- Mereka tidak akan menikahi orang-orang Islam.
- Mereka tidak akan menerima permintaan nikah dari orang-orang Islam.
- Mereka tidak akan berjual beli apa saja dengan orang-orang Islam.
- Mereka tidak akan berbicara dan tidak akan menengok orang-orang Islam yang sakit.
- Mereka tidak akan menerima permintaan damai dengan orang-orang Islam sehingga mereka menyerahkan Nabi Muhammad saw. untuk dibunuh.
Akibat pemboikotan tersebut, Bani
Hasyim menderita kelaparan, kemiskinan, kesengsaraan yang tiada bandingnya saat
itu. Pemboikotan itu baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy menyadari
bahwa apa yang mereka lakukan sungguh suatu tindakan yang sangat keterlaluan.
Di antara mereka adalah Zubair bin Umayah, Hisyam bin Amr, Muth'im bin Adi, Abu
Bakhtari bin Hisyam, dan Zama'ah bin Aswad. Mereka merasa iba dengan
penderitaan yang dialami Bani Hasyim dan umat Islam. Akhirnya mereka merobek
isi piagam tersebut dan mengenyahkannya.
Hikmah
Dari penjelasan tersebut di atas, ada
hal penting yang dapat kita ambil hikmahnya, yaitu memperjuangkan kebenaran
akan mendapat ridho Allah dan akan memperoleh kemenangan. Tetapi tentu saja
perjuangan tersebut harus disertai doa dan kesabaran. Karena hanya dengan
cara-cara seperti itu, apapun hambatan, ancaman, dan tantangan yang menghadang
di depan perjuangan akan dapat diatasi. Kalau kita tidak bisa mengatasinya
sendiri, pasti ada orang yang mau peduli dan membantu perjuangan tersebut.
Sumber:
·
jejakhikmah.blogspot.com
·
library.walisongo.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar